Rabu, 22 Juli 2015

Myzus persice

MENGENDALIKAN SERANGAN HAMA Myzus persice PADA TEMBAKAU DENGAN PESTISIDA NABATI Jeringau (Acorus calamus L)

Kutu Daun (Myzus persicae) tergolong dalam family Aphididae, hama ini merupakan serangga kecil (ukurannya 1/32 sampai 1/8 inci) Walaupun kecil, tapi masih bisa dilihat dengan mata telanjang kutu daun ini berwarna hijau tua sampai hitam atau kuning kecoklatan. Hama ini termasuk polifag. Kutu daun betina mampu menghasilkan keturunan tanpa kehadiran pejantan.

Gejala Serangan 

Kutu Daun Hama ini menyerang di semua umur tanaman, Jika tanaman masih muda terserang hebat, pertumbuhannya menjadi kerdil dan memutar (berpilin) dan daun keriting kedalam, akibat dari cairan daun yang dihisapnya, Hama ini juga merupakan vektor/perantara dari penyebaran penyakit virus pada tembakau, dampak yang ditimbulkan oleh virus pada tanaman tembakau yaitu menunjukkan tanda-tanda pada daun tampak keriting ada tanda mosaik (belang-belang) pada tulang-tulang daun atau keriting menyerupai kerupuk (Pracaya 2007)


Hama Myzus parcicae (aphid) pada daun, hidup bergerombol di bagian bawah daun, pada pucuk dan tangkai bunga. bagian mulutnya memiliki tindik penghisap. Mereka menyerang daun tembakau (dan banyak tanaman budidaya lainnya) dengan cara menghisap cairan dalam daun, terutama pada daun muda dan pucuk.

Mereka juga menyerang jaringan batang tanaman yang lunak, dan menghisap nutrisi di dalamnya. Kutu daun ini mengeluarkan zat sekresi lengket, berbau manis, yang mengundang ketertarikan semut-semut. Oleh karena itu jika tanaman tembakau Anda dikerubungi semut (terutama di bagian pucuknya), itu bisa jadi pertanda kalau tanaman Anda teserang hama kutu daun (Syukur, M.2012).
Adanya cairan manis hasil sekresi kutu daun akan ditumbuhi jamur jelaga berwarna hitam yang mengakibatkan terhalangnya fotosintesis pada daun, pada akhirnya menurunkan kualitas daun tembakau rajangan karena kotor.

Pengendalian hama Myzus persicae

Pengendalian hama Myzus persicae dengan memanfaatan tanaman yang mengandung zat pestisidik sebagai insektisida nabati, diperkirakan mempunyai prospek dimasa yang akan datang (Kardinan, 2004). Secara umum, insektisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Insektisida nabati relatif mudah dibuat dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas. Oleh karena terbuat dari bahan alami, maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam, sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia serta ternak peliharaan karena residunya mudah hilang.

Insektisida nabati bersifat “pukul dan lari” (hit and run), yaitu apabila diaplikasikan akan membunuh serangga pada waktu itu dan setelah serangga terbunuh, maka residunya akan cepat terurai di alam (Kardinan, 2004). Salah satu contoh insektisida nabati adalah tanaman jeringau (Acorus calamus L). Rimpang jeringau mengandung minyak atsiri yang digunakan sebagai insektisida untuk mengendalikan beberapa serangga pengganggu. Jeringau (Acorus calamus L) adalah tanaman yang mengandung bahan kimia aktif pada bagian rimpang baik dalam bentuk tepung ataupun minyak yang dikenal sebagai minyak atsiri.

Formula rimpang Jeringau sebagai insektisida dapat dibuat secara sederhana maupun secara laboratorium. Hama Yang Dikendalikan Rimpang yang ditumbuk halus (bentuk tepung) dapat digunakan untuk mengendalikan Myzus persicae,

Jeringau (Acorus calamus L) sebagai racun kontak, dan racun pernafasan. Sebagai racun kontak, apabila minyak jeringau yang disemprotkan dapat langsung mengenai bagian tubuh serangga sasaran yang menyebabkan serangga tersebut jatuh dan akhirnya mati ditandai dengan tubuh serangga mengering karena dehidrasi. Dinyatakan sebagai racun kontak apabila insektisida dapat masuk kedalam tubuh serangga sasaran lewat kulit/bersinggungan langsung (Djojosumarto, 2000).

Sebagai racun pernafasan, apabila serangga menghirup minyak rimpang jeringau yang menyebabkan serangga tersebut tergelepar hingga akhirnya mengalami kematian. Racun pernafasan bekerja lewat saluran pernafasan. rimpang jeringau dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Dua cara mudah untuk membuat pestisida nabati:

1. Perendaman untuk menghasilkan produk ekstrak
2. Penumbukan, pembakaran, pengerusan, dan pengepresan untuk menghasilkan produk berupa pasta atau tepung

Beberapa contoh pembuatan pestisida :

CARA MEMBUAT: 1. Jeringau, dan bawang putih di haluskan 2. Seluruh bahan dicampur dan direndam dengan air selama 2 hari 3. Larutan disaring 4. Untuk aplikasi 1 liter larutan dicampur dengan 10 – 15 liter air 5. Tambahkan 1 senduk teh sabun deterjen berfungsi sebagai perekat, dan soda dari sabun dapat memecah lapisan lilin yang menutupi tubuh serangga sehingga pestina dapat menembus badan serangga. 6. Larutan siap diaplikasikan, Aplikasi sebaiknya dilakukan sore hari Pukul > 15.00 agar pestisidanya tidak banyak yang terurai oleh panas matahari.

Dengan mengetahui informasi diatas, diharapkan dapat menambah wawasan kita mengenai berbagai manfaat dari tanaman jeringau. Karena budidayanya yang mudah, tanaman jeringau ini dapat dikembangkan, mengingat manfaat dari tanaman ini yang begitu besar, baik sebagai tanaman herba untuk pengobatan manusia, maupun sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan.


Sumber http://disbunhut.probolinggokab.go.id/control/uploads/PESTINA%20PD%20TEMBAKAU.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar