Rabu, 22 Juli 2015

Hama Mendong

Mendong yang nama latinya Fimbristylis globulosa adalah salah satu tumbuhan yang hidup dirawa tanaman ini tumbuh di daerah yang berlumpur dan memiliki air yang cukup. Mendong merupakan salah satu jenis rumput dan biasanya tumbuh dengan panjang lebih kurang 100 cm. Mendong dijadikan bahan dasar untuk pembuatan tikar dan Tambang. dan sebelum di pergunakan, tanaman ini dijemur terlebih dahulu hingga kering. Pemanenan bisa dilakukan kira kira setelah 5 bulan dari awal penanamannya disamping itu tanaman ini bisa dipanen sampai 7 kali dari awal penanamannya.
Tanaman Mendong

Cara pemanenan tanaman ini adalah  setelah dipotong diikat  dengan cara ditegakkan posisinya untuk mengurangi kadar air didalamnya. Kemudian dikeringkan langsung dibawah sinar matahari agar bisa didapat warna yang seragam. Untuk bahan metrial yang akan digunakan sebagai bahan handicraft  yang berupa tenunan proses pengeringannya tidak terlalu kering karena material yang terlalu kering sangat mudah rusak apa bila ditenun.
Proses pengeringan ini disebut oksidasi dimana Oxygen mengoksidasi Chlorophyll dan Air (H2O) akan berubah menjadi Oxygen(O2) dan Hydrogen(H) dan menjadikan materialnya berwarna kuning atau coklat. Material yang bagus adalah yang berwarna hijau cerah dan bercahaya, kuat dan elastis serta secara fisik tidak ditemukan hama.
Kemudian diberi pewarna  setelah kering bisa dianyam untuk dijadikan tikar yang proses penganyamannya dengan mesin atau secara manual.biasanya apabila dianyam secara manual tanpa diberi pewarna dan membutuhkan mendong pilihan sehingga hasil anyam secara manual akan lebih bagus kwalitasnya.biasanya juga ditenun dengan benang dan dikombinasikan dengan material yang lain seperti Akar wangi, eceng gondok dan yang lainnya
Beberapa hama penyakit yang dijumpai di areal tanaman mendong adalah sebagai berikut :
1.    Belalang ( jawa walang ) jenis Locusta migratoria manilenses yang termasuk keluarga Acrididae dan bangsa Orthoptera.
Belalang yang masih berupa nympha ataupun belalang yang sudah dewasa memakan batang mendong yang masih muda sehingga mengakibatkan batang mendong berlubang-lubang atau bahkan patah, dengan demikian serangan hama ini akan mengakibatkan kerusakan pada tanaman mendong. Masa dewasa dari belalang dari jenis Locusta migratoria manilenses berlangsung selama 25 – 35 hari.
Belalang betina yang sudah dewasa dan sudah saatnya untuk bertelur akan meletakkan telur-telurnya dalam tanah. Satu kelompokan telur berisi 5 – 7 butir telur. Selama hidupnya, belalang jenis ini dapat bertelur hingga 500 butir telur. Selama masa dewasa belalang ini mengalami fase-fase menggerombol, transisi dan menyendiri.
Cara pengendalian hama Locusta migratoria manilensis adalah sebagai berikut :
1.      Pengendalian secara mekanis dilakukan dengan cara ditangkap kemudian dimusnahkan.
2.      Pengendalian secara kimiawi dilakukan dengan penyemprotan insektisida misalnya Basudin 60 EC, Basudin 60 SCO, Demicron 50 SCW, Agrolena 26 WP dan Sevidol 20 / 20 WP. Pengendalian secara kimiawi dilakukan dalam keadaan yang terpaksa karena pengendalian cara lain sudah tidak dapat dilakukan lagi. Dan untuk mencegah dampak negatif pada lingkungan yang lebih luas.
3.      Pengendalian secara biologis dengan menyebarkan musuh alami belalang tersebut.

2.    Penggerek batang Kuning ( Scirpophoga incertulas ) yang biasa dijumpai di lahan pertanaman mendong dengan intensitas serangan ringan.
Kondisi ini dikarenakan kecenderungan petani untuk menanam mendong secara monokultur dan terus menerus sepanjang tahun. Daun mendong yang terserang penggerek batang kuning mudah dicabut, kerusakan akibat gerekan dan kadang-kadang kotoran larva ( ulat ) dapat terlihat pada pangkal batang yang dicabut.
Pengendalian hama penggerek batang kuning ini adalah sebagai berikut :
1.      Perbaikan pola tanam mendong – mendong – palawija / sayur-sayuran.
2.      Penaburan pestisida berbahan aktif karbofuran yaitu Furadan 3 G / Ha atau Regent 0,3 dosis 1 Kg / Ha diberikan secara hati-hati apabila tanaman mendong mulai tampak terserang hama.

3.    Gejala hawar oleh Jamur Rhizoctonia sp.
Pada awalnya terlihat gejala bercak berwarna abu-abu kehijauan yang dapat berkembang pada pangkal batang atau pelepah dekat permukaan air. Bercak berbentuk elip atau oval,  berukuran panjang 1 cm memanjang 2,3 cm, kemudian menyatu. Batas tepi bercak dan variasi warna memberikan suatu tanda yang jelas pada tanaman yang terinfeksi dalam kondisi kelembaban optimal, batang tanaman lain yang bersinggungan dengan bagian yang terinfeksi dapat terinfeksi juga. Faktor yang berpengaruh antara lain iklim di sekitar tanaman terlalu lembab sehingga sinar matahari tidak mampu menembus bagian bawah tanaman, akibatnya memacu perkembangan penyakit.
Cara pengendalian sebagai berikut :
1.        Menghilangkan sumber inokulum ( tanaman sakit ).
2.        Penaburan kapur ke lahan dengan dosis 30 Kg / 1000 M²
3.        Penggunaan pupuk N diupayakan tidak melebihi dosis anjuran

Sumber http://wajak.malangkab.go.id/?page_id=409


Tidak ada komentar:

Posting Komentar