Rabu, 22 Juli 2015

Hama Bajing

Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan kelapa sawit dengan nilai 

sebesar US $ 701 juta (Goenadi dkk, 2005).


Besarnya minat masyarakat untuk mengembangkan tanaman kakao terlihat nyata dengan banyaknya permintaan benih serta pelatihan budidaya kakao. Kakao atau Theobroma cacao L., merupakan salah satu komoditas perkebunan yang cocok dengan kultur tanah dan iklim di Indonesia. Tanaman ini termasuk golongan tumbuhan tropis.

Di Indonesia, kakao banyak tumbuh di daerah Sulawesi, Lampung, dan Flores, Nusa Tenggara Timur. Maklum, di daerah tersebut banyak terdapat lahan tidur yang cocok ditanami kakao. Apalagi, hasil komoditasnya yang bernilai ekonomi tinggi mendorong minat para petani di sana untuk membudidayakannya. Namun, tidaklah mudah membudidayakan tanaman ini. Persiapan naungan dan lahan merupakan dua hal yang penting, selain itu juga serangan OPT yang seringkali mengganggu hasil panen juga perlu mendapat perhatian khusus.

Salah satu hama utama tanaman kakao adalah hama bajing, serangan hama bajing dapat menurunkan hasil produksi sampai 30%. Hama ini menyerang pertanaman mulai dari buah yang masih muda sampai buah yang matang, sehingga sangat merugikan petani (Sitanggang, 2011).

Mengenal Hama Bajing

Bajing dan Tupai adalah hewan yang berbeda, meskipun banyak orang yang menganggapnya sebagai binatang yang sama. Bajing dan Tupai memiliki perbedaan, Tupai sepintas mirip dengan bajing, tetapi berbeda anatomi dan perilakunya. Tupai mempunyai moncong sangat panjang (bagian muka, mulut dan hidung) sedangkan bajing relatif agak rata pada bagian mulut dan hidungnya.

Bajing merupakan mamalia pengerat (ordo Rodentia) dari suku (famili) Sciuridae yang dalam bahasa Inggris disebut squirrel. Sedangkan Tupai berasal dari famili Tupaiidae dan Ptilocercidae yang dalam bahasa Inggris disebut treeshrew. Secara ilmiah (ilmu biologi), Bajing berbeda dengan Tupai, bahkan sangat jauh kekerabatannya. Dalam hal makanannya pun berbeda. Bajing merupakan binatang pengerat yang memakan buah-buahan sedangkan Tupai merupakan binatang pemakan serangga.

Bajing ada yang hidup di tanah juga ada yang hidup di pohon. Bahkan Bajing dari subspesies Pteromyini mampu terbang (melayang dari atas ke bawah), karena jenis ini mempunyai membran (selaput tipis) diantara kaki depan dan belakang yang memungkinkan melayang jauh diantara pepohonan. Sering kali binatang ini dianggap sebagai hama terutama pada tanaman kelapa dan perkebunan buah. Bajing terdiri atas 51 genus dan 278 spesies (jenis). Bajing terdiri atas 51 genus dan 278 spesies (jenis).

Klasifikasi ilmiah hama Bajing :



Kerajaan     : Animalia
Filum          : Chordata
Sub Filum   : Vertebrata
Kelas           : Mamalia
Ordo            : Rodentia
Famili          : Sciuridae (Alamendah, 2010).

Kerusakan Akibat Hama Bajing

Hama Bajing menyerang pertanaman kakao mulai dari buah yang masih muda maupun buah kakao masak yang hampir dipanen. Akibat serangan hama Bajing, petani menderita kerugian hingga jutaan rupiah, pasalnya ratusan batang tanaman kakao yang menghasilkan buah siap petik di rusak oleh hama bajing. Penurunan panen kakao membuat pendapatan petani mengalami penurunan hingga 50% lebih. Bahkan biaya perawatan tidak mampu didapatkan dari panen kakao tersebut. Hama Bajing menjadi musuh utama petani kakao, sebab akibat dari hama tersebut, ratusan buah kakao rusak, sehingga petani terancam gagal panen. Serangan hama Bajing ini juga dapat menurunkan produkstivitas tanaman kakao cukup banyak dari produktivitas 900 Kg per hektar hanya mampu menghasilkan sekitar 500 Kg saja per hektar dalam sekali musim panen (Sitanggang, 2011).

Di sisi lain, serangan hama Bajing yang sering menyerang tanaman kakao masyarakat, belakangan ikut berdampak terhadap tingkat perawatan tanaman kakao di tingkat masyarakat. Pasalnya, motivasi masyarakat untuk merawat tanaman kakao justru semakin berkurang. Para petani merasa putus asa dan tidak mau merawat tanaman kakaonya karena hasilnya justru diserang hama Bajing (Malalak, 2011).

Buah kakao yang terserang akan berlubang dan akan rusak atau busuk karena kemasukan air hujan dan serangan bakteri atau jamur. Serangan tikus dapat dibedakan dengan serangan Bajing. Tikus menyerang buah kakao yang masih muda dan memakan biji beserta dagingnya. Tikus menyerang terutama pada malam hari. Gejala serangan bajing umumnya dijumpai pada buah yang sudah masak karena hama Bajing hanya memakan daging buah, sedangkan bijinya tidak dimakan. Biasanya, di bawah pohon yang terserang Bajing selalu berceceran biji-biji kakao (Anonim*, 2011).

Usaha Pengendalian Hama Bajing

Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengendalikan hama Bajing ini, di beberapa daerah seperti Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan Lampung mengadakan gerakan perburuan massal terhadap hama Bajing ini. Setiap ekor Bajing yang ditangkap dihargai Rp 500,- sampai dengan Rp. 1000,-, selain itu disediakan hadiah utama untuk menarik masyarakat untuk ikut serta dalam perburuan (Painan, 2011).

Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan hama Bajing, antara lain :

Mengadakan perawatan kebun dengan sanitasi
Membersihkan tempat-tempat yang menjadi sarang Bajing
Pengendalian yang banyak dilakukan adalah dengan perburuan atau gropyokan yang dilakukan secara massal.

Membuka kawasan kebun yang jauh dari hutan, karena pembukaan hutan untuk perkebunan maka kawanan Bajing banyak yang mencari makan di perkebunan masyarakat (Anonim**, 1996).

http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/berita-241-produksi-kakao-terancam-akibat-serangan-hama-bajing-.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar