Jumat, 05 Agustus 2022

METODE PENGENDALIAN HAWAR DAUN BAKTERI (Xanthomonas oryzae pv. oryzae) PADA TANAMAN PADI

        Hawar daun bakteri (HDB) merupakan salah satu penyakit tanaman padi yang sangat penting di negara-negara penghasil padi di dunia, termasuk di Indonesia (Ou 1985; Hifni dan Kardin 1998; Suparyono et al. 2004). Di Indonesia, keberadaan penyakit HDB dilaporkan sejak tahun 1950an pada tanaman padi muda di daerah Bogor dengan gejala layu. Pada awalnya penyakit ini dinamai kresek dan patogennya dinamai Xanthomonas kresek (Mahmud 1991). Pengembangan varietas unggul berdaya hasil tinggi tetapi rentan HDB seperti varietas IR64 menyebabkan penyakit ini berkembang dan menyebar ke seluruh sentra produksi padi, terutama di Jawa. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Xoo), yang dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan, mulai dari pesemaian sampai menjelang panen. Penyebab penyakit (patogen) menginfeksi tanaman padi pada bagian daun dengan cara melalui luka daun atau melalui lubang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun, sehingga menurunkan kemampuan tanaman untuk berfotosintesis. Apabila hal ini terjadi pada fase generatif maka proses pengisian gabah kurang sempurna.

Gambar Gejala Hawar Daun Bakteri


TEKNOLOGI PENGENDALIAN PENYAKIT HAWAR DAUN BAKTERI

Mengingat banyaknya faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan penyakit HDB seperti tanah, pengairan, kelembapan, suhu, pupuk, dan ketahanan varietas, maka pengendalian yang dianjurkan adalah secara terpadu dengan berbagai cara yang dapat menekan perkembangan penyakit.

Penanaman benih dan bibit sehat.

Mengingat patogen penyakit HDB dapat tertular melalui benih maka dianjurkan pertanaman yang terinfeksi tidak digunakan sebagai benih (Suprihanto et al. 2002, Sudir dan Suprihanto 2008). Ini perlu dipersyaratkan untuk kelulusan uji sertifikasi benih guna mencegah meluasnya penyakit HDB. Untuk menghindari penularan patogen yang terbawa benih dapat dilakukan perlakuan perendaman benih (seed treatment) dengan bakterisida Agrimycin 0,02% selama 10 jam atau dengan perendaman benih pada air panas 570 C selama 10 menit (Kadir et al.2009). Bakteri penyebab penyakit hawar daun menginfeksi tanaman melalui luka dan lubang alami (Suparyono dan Sudir 1992). Oleh karena itu, memotong bibit sebelum ditanam tidak dianjurkan karena akan mempermudah terjadinya infeksi oleh bakteri patogen. Bibit yang sudah terinfeksi/bergejala penyakit HDB mestinya tidak ditanam.

Cara tanam

Pertanaman yang terlalu rapat akan menciptakan kondisi lingkungan terutama suhu, kelembapan, dan aerasi yang lebih menguntungkan bagi perkembangan penyakit. Pada pertanaman yang rapat akan mempermudah terjadinya infeksi dan penularan dari satu tanaman ke tanaman yang lain (Sudir et al. 2002, Sudir 2011). Untuk memberikan kondisi lingkungan yang kurang mendukung terhadap perkembangan penyakit HDB, tanam dianjurkan dengan sistem legowo dan pengairan secara berselang (intermitten irrigation). Sistem tersebut akan mengurangi kelembapan di sekitar kanopi pertanaman, mengurangi terjadinya embun dan air gutasi dan gesekan daun antartanaman sebagai media penularan patogen. Sudir (2012b) melaporkan bahwa keparahanpenyakit HDB pada sistem tanam legowo nyata lebih rendah dibanding sistem tanam tegel.

Gambar Sistem Tanam Jajar Legowo

Pemupukan.

Dosis pupuk N berkorelasi positif dengan keparahan penyakit HDB. Artinya, pertanaman yang dipupuk nitrogen dengan dosis tinggi menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan dan keparahan penyakit lebih tinggi. Sebaliknya, pemberian pupuk K menyebabkan tanaman menjadi lebih tahan terhadap penyakit HDB (Sudir et al. 2002, Sudir dan Abdulrachman 2009, Suidr 2011). Agar perkembangan penyakit dapat ditekan dan produksi yang diperoleh tinggi disarankan menggunakan pupuk N dan K secara berimbang dengan menghindari pemupukan N terlalu tinggi.

Sanitasi lingkungan

Mengingat patogen dapat bertahan pada inang alternatif dan sisa-sisa tanaman maka sanitasi lingkungan sawah dengan menjaga kebersihan sawah dari gulma yang mungkin menjadi inang alternatif dan membersihkan sisa-sisa tanaman yang terinfeksi merupakan usaha yang sangat dianjurkan (Ou 1985). Penggunaan bakterisida merupakan alternatif terakhir bila sangat diperlukan. Hal ini mengingat bakterisida mahal dan sampai saat ini belum tersedia bakterisida yang benar-benar efektif untuk mengendalikan penyakit HDB. Aplikasi tembaga oksida 56% dengan konsentrasi 3 g/l pada saat pemupukan pertama dan pada saat tanaman berbunga serempak memberikan tingkat keparahan lebih rendah dibandingkan dengan kontrol (Kadir et al. 2009).

Pencegahan.

Untuk daerah endemik penyakit HDB disarankan menanam varietas tahan. Pencegahan penyebaran penyakit perlu dilakukan dengan cara antara lain tidak menanam benih yang berasal dari pertanaman yang terjangkit penyakit, mencegah terjadinya infeksi bibit melalui luka dengan tidak melakukan pemotongan bibit dan menghindarkan pertanaman dari naungan (Suparyono dan Sudir 1992). Penyakit menyebar melalui kontak langsung antara daun sehat dengan daun sakit, oleh karena itu apabila bibit sudah terinfeksi sebaiknya tidak ditanam (Sudir 2012c).

Aplikasi Paenibacillus polymyxa

Paenibacillus polymyxa merupakan bakteri non patogen yang menguntungkan di bidang kesehatan dan lingkungan. Bakteri ini penghasil antibiotik polomiksin. Antibiotik merupakan zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme dan mempunyai daya hambat terhadap kegiatan mikroorganisme lain. Di bidang pertanian, Paenibacillus polymyxa dapat ditemukan di tanah dan tanaman. Bakteri ini mampu mengikat nitrogen. Biofilms dari Paenibacillus polymyxa menunjukkan produksi eksopolysakarida pada akar tanaman yang dapat melindungi tanaman dari patogen. Hasil uji di BB Biogen bakteri juga mengandung hormon pengatur gibberellin. (Widarti dan Sugeng, 2014) Paenibacillus polymyxa merupakan agen hayati dari jenis bakteri yang diperoleh secara alami di lapangan. Caranya dengan mengisolasi daun padi yang sehat diantara daun padi yang terserang penyakit hawar daun bakteri (BLB). Konsentrasi optimum Paenibacillus polymyxa yang dapat menekan perkembangan penyakit Xanthomonas campestris pv. oryzae Dye. Adalah konsentrasi 5 ml L-1 air. Perlakuan tersebut berpengaruh terhadap produksi padi varietas mekongga dengan hasil paling besar 7.28 Kg (11.648 Kg ha-1 atau 11,65 Ton ha-1). (PPPTP, 2009).

Aplikasi Trichoderma

Keparahan penyakit hawar daun bakteri lebih rendah pada tanaman padi yang diberi Trichoderma sp. menunjukkan bahwa Trichoderma sp. Mampu mengurangi keparahan penyakit hawar daun bakteri. Tanaman padi yang lebih tahan terhadap hawar daun bakteri akibat pemberian Trichoderma sp. menghasilkan beberapa aspek pertumbuhan lebih baik. Hal ini ditunjukkan dengan pengamatan tinggi tanaman dan panjang akar.

Menurut Harman(2000) dalam Soenartiningsih et al., (2014) dalam aspek pertumbuhan yang lebih baik tersebut Trichoderma sp.dapat memperpanjang akar, sehingga penyerapan nutrisi atau hara untuk tanaman menjadi lebih baik. Aspek pertumbuhan yang lebih baik dengan pemberian Trichoderma sp. Pada tanaman padi juga diduga karena Trichoderma sp.dilaporkan mampu menginduksi ketahanan tanaman melalui mekanisme peningkatan enzim-enzim. Salah satu reaksi ketahanan yang ditimbulkan oleh Trichoderma sp.adalah peningkatan enzim kitinase di dalam jaringan tanaman. Sebelumnya Yedidia et al., (1999), membuktikan bahwa inokulasi Trichoderma sp.pada akar menyebabkan peningkatan keaktifan peroksidase dan kitinase dalam daun semai mentimun.Mereka melaporkan bahwa hifa dari Trichoderma sp.mempenetrasi epidermis dan permukaan korteks dari akar mentimun dan tanaman merespon dengan meningkatnya aktivitas enzim peroksidase, meningkatnya enzim kitinase dan meningkatkan selulosa yang terdeposit pada dinding sel. Peningkatan enzim-enzim ini didapati tidak hanya pada perakaran tetapi juga di daun. Trichoderma sp. mempunyai mekanisme biokontrol seperti menginduksi ketahanan tanaman dalam mengendalikan suatu penyakit. Trichoderma sp. membentuk kolonisasi yang kuat, tahan lama pada permukaan akar, dan menembus ke dalam epidermis. Trichoderma sp. memproduksi dan melepaskanberbagai senyawa ke dalam jaringan tanaman (Harman et al.,2004).

Menurut Gusnawatyet al., (2014) karakter kecepatan pertumbuhan yang tinggi pada Trichoderma sp. merupakan salah satu faktor penting yang menentukan potensi sebagai penginduksi ketahanan tanaman. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gusnawaty et al., (2014), faktor penting yang penentu aktivitas Trichoderma sp.yang dapat mengurangi keparahan penyakit adalah memiliki kecepatan pertumbuhan yang tinggi sehingga mampu berkompetisi dengan patogen dalam hal makanan dan penguasaan ruang yang pada akhirnya dapat mengurangi keparahan.


Artikel lainnya : 

Mengenal Musuh Alami Wereng Batang Coklat (Nilaparvata lugens)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar