Pemanfaatan musuh alami dalam pengendalian hama wereng batang coklat (Nilaparvata lugens) dapat mengurangi dampak kerusakan lingkungan. Wereng batang cokelat mempunyai banyak musuh alami yang berupa parasitoid, predator, patogen. Umumnya musuh alami ini mampu mengendalikan perkembangan populasi wereng batang cokelat (WBC). Penggunaan insektisida yang sembarangan dapat membunuh musuh-musuh alami tersebut, sehingga WBC akan meningkat pesat populasinya yang dikenal dengan istilah resurgensi.
Berbagai predator seperti laba-laba Lycosa sp, kumbang Ophionea nigrofasciata, dan kumbang tomcat Paederus fuscipes memangsa nimfa dan imago wereng cokelat. Telur wereng batang cokelat juga banyak dimangsa oleh kepik predator Cyrthorinus lividipennis.
Musuh alami adalah mahluk hidup yang berguna untuk mengendalikan populasi hama. Ada beberapa musuh alami utama dalam mengendalikan WBC pada tanaman padi yaitu OPMSC (Ophionea nigrofasciata, Paederus fuscipes, Micraspis sp, Spider dan Cyrthorinus lividipennis).
1. Ophionea nigrofasciata
Kumbang tanah dewasa atau sering disebut Carabidae mempunyai tubuh keras dan aktif, dengan panjang sekitar 2-6 cm , berwarna coklat mengkilap gelap untuk metalik hitam, biru, hijau, ungu, atau multi-warna. O.nigrofasciata berbeda dalam bentuk, tubuh memanjang, kepala meruncing dengan antena benang, dan memiliki penutup sayap bercincin serta alat mulut mengunyah.
Larva hitam mengkilat dan imago merah kecoklatan dengan strip hitam berbintik putih 4 bintik, memangsa ulat/ larva penggulung daun 3-5 larva/hari. Kumbang dewasa juga memangsa wereng. Pupa ada di dalam tanah pada lahan basah atau kering.
Serangga ini tertarik pada cahaya. Kepala mereka biasanya lebih kecil dari dada mereka. Kumbang tanah dewasa dan larva memiliki rahang pincher yang kuat. Serangga ini memiliki kaki panjang dan menonjol sehingga dapat bergerak cepat. Sebagian besar spesies aktif di malam hari dan bersembunyi siang hari di celah-celah tanah, di bawah batu, kayu membusuk, sampah daun, atau bahan kompos.
Kumbang tanah hidup di dalam tanah. Pengembangan dari telur ke tahap dewasa membutuhkan waktu sekitar satu tahun, meskipun kumbang dewasa dapat hidup 2-3 tahun atau lebih. Predator Ophionea nigrofasciata hanya memangsa 1,79 ekor WBC per hari (Shepard et al, 1987).
2. Paederus fuscipes ( Tomcat)
Sering disebut dengan tomcat atau Paederus fuscipes (dalam bahasa Inggris dinamai rove beetles atau kumbang penjelajah) termasuk ordo Coleoptera dan famili Staphylinidae. Kumbang ini memiliki lebih dari 622 spesies (Singh dan Ali, 2007), salah satu di antaranya terdapat di Indonesia, yaitu Paederus fuscipes Curtis (Kalshoven, 1981). Kumbang yang telah lama dikenal masyarakat sebagai semut kanai atau semut kayap.
Kumbang tomcat berukuran panjang 7-10 mm dan 0,5 mm. Tubuhnya ramping dengan ujung bagian perut (abdomen) meruncmg, dada (thorax) dan perut bagian atas berwarna merah muda hingga tua, serta kepala, sayap depan (elytra), dan ujung perut (dua ruas terakhir) berwarna hitam. Sayap depannya pendek, berwarna biru atau hijau metalik bila dilihat dengan kaca pembesar. Sayap depan yang keras menutupi sayap belakang dan tiga ruas perut pertama. Sayap belakang digunakan untuk terbang. Meskipun dapat terbang, kumbang lebih suka berlari dengan gesit.
Setelah dewasa, kumbang keluar dari dalam tanah kemudian hidup pada tajuk tanaman untuk mencari mangsa yang umumnya adalah kelompok serangga hama. Perkembangan dari telur menjadi dewasa berlangsung 13-19 hari (Singh dan Ali, 2007). Lama hidup serangga betina 113,8 hari dan serangga jantan 109,2 hari. Seekor kumbang betina mampu menghasilkan telur 106 butir selama hidupnya.
Kemampuan kumbang tomcat memangsa wereng batang coklat rata-rata 7,3; 7,5; 4,2; 3,2; dan 2,3 ekor masing - masing untuk instar l, 2, 3, 4, dan 5. Kelompok burung merupakan predator bagi larva dan kumbang tomcat.
Kumbang tomcat aktif pada siang hari dan tertarik cahaya terang pada malam hari. Sifat inilah yang diduga memicu masuknya kumbang ke pemukiman, selain karena berubahnya habitat tomcat. populasi kumbang meningkat pesat pada akhlr musim hujan (Maret dan April), kemudian dengan cepat berkurang seiring munculnya cuaca kering pada bulan-bulan berikutnya.
3. Kepik mirid (Cyrtorhinus lividipennis)
Cyrtorhinus lividipennis Reuter termasuk predator dari ordo Hemiptera yang merupakan musuh alami penting dalam menekan populasi wereng batang coklat (Nilaparvata lugens), wereng punggung putih (Sogatella furcifêra), dan wereng hijau (Nephotettix virescens) di pertanaman padi (Wheeler, 2001).
Gambar Cyrtorhinus lividipennis
Imago kepik predator berwarna hijau, pada bagian kepala dan ujung sayap berwarna hitam dengan panjang badan 3-4 mm (Westen 1979). Kepik predator betina biasanya berukuran lebih besar dibandingkan predator jantan. Pada bagian ujung abdomen kepik betina terdapat ovipositor berbentuk bulan sabit dan apabila dilihat dari arah ventral terlihat seperti garis tebal memanjang dan berwarna cokelat gelap. Nimfa C. lividipennis berwarna hijau muda dan stadium perkembangan serangga melalui empat kali pergantian kulit. Pada bagian dorsal abdomen nimfa instar terakhir terdapat dua bintik cokelat yang terletak berdampingan.
Lama perkembangan stadia telur berkisar antara 6-9 hari, stadia nimfa 10-17 hari (lama perkembangan setiap instar antara 2-3 hari), lama hidup imago betina 5-21 hari dan lama hidup imago jantan 7-25 hari (CAB International 2005). Nimfa dan imago C. lividipennis dapat memangsa semua stadium perkembangan wereng batang coklat. Chiu (1979) menyatakan bahwa C. lividipennis lebih banyak memangsa telur daripada nimfa wereng. Jumlah telur yang dimangsa oleh seekor imago betina, jantan dan nimfa instar tiga C. lividipennis benurut-turut adalah 10-20 telur/hari, 3-18 telur/hari, dan 6 telur/hari. Di samping keterbatasan efektivitas pemangsaan, kemampuan pemencaran dan berkembang biak C Lividipennis merupakan faktor yang dapat membantu penekanan populasi WBC pada pertanaman padi. Keberadaan kepik ditentukan oleh kemampuannya untuk bertahan hidup saat telur dan nimfa wereng batang coklat tidak ada di lapangan (Wheeler 2001). Bentur & Kalode (1987) dalam Wheeler (2001) menyatakan bahwa sebagai obligat, C. lividipennis memerlukan mangsa untuk bertahan hidup dan ketiadaan mangsa dapat menyebabkan kanibalisme terhadap sesama individu plædator. Kepik predator C. lividipennis bersifat polifag dan aktif pada siang hari. Song & Heong (1997) melaporkan bahwa tingkat penyerangan dan penanganan C. lividipennis terhadap wereng batang coklat meningkat pada suhu 20 0 C sampai 32 0 C. Selain memangsa wereng batang coklat, kepik ini dapat hidup dengan memangsa serangga lain dan efektif digunakan sebagai pengendali hayati serangga hama.
4. Spider (laba-laba)
Laba-laba merupakan salah satu jenis musuh alami yang sering dijumpai pada pertanaman padi dan palawija setelah padi di lahan sawah irigasi. Laba-laba yang dikenal petani sebagai "Lycosa sp" ini bersifat generalis karena memiliki mangsa berbagai jenis serangga, terutama yang berstatus hama. Peranannya sebagai musuh alami dalam ekosistem pertanian sangat penting, bahkan diperhitungkan dalam pengambilan keputusan untuk pengendalian hama dengan penggunaan insektisida.
Laba-laba mempunyai ukuran 7 - IO mm, merupakan hewan berbuku-buku, pada tungkai terdapat duri - duri yang panjang dengan mata berbentuk segi enam. Matanya berwarna gelap (hitam), yaitu empat mata kecil pada deretan pertama (anterior), dua mata besar pada deretan kedua, dan dua mata sedang pada deretan ketiga (posterior). Tubuh laba - laba ini relatif besar dan berwarna coklat tua.
Menurut Gavarra and Raros (1975), laba-laba betina membentuk kantong telur 1-10 hari setelah perkawinan. Telur menetas kira-kira 10 hari kemudian. Seekor induk laba-laba betina dapat menurunkan 85 ekor laba-laba dewasa.
Daur generasi, dari telur hingga dewasa yang bertelur berlangsung 116 hari dan dari telur sampai dewasa hingga mati, berlangsung 264 hari. Populasi laba-laba dewasa di alam terdiri atas sekurang-kurangnya dua generasi. Perkembangan laba-laba muda menjadi dewasa melalui 6- 10 kali pergantian kulit, pada yang betina sebanyak 8-9 kali dan pada yang jantan 7-8 kali.
Laba-laba tidak membuat sarang sebagai perangkap, tetapi menyerang mangsanya secara langsung, sehingga tergolong laba-laba buas (wolfspider). Kemampuan laba-laba memangsa nimfa dan imago wereng coklat 5-15 ekor/hari (Shepard et al. 1987). Namun demikian, berbagai pilihan jenis mangsa tersebut dapat menjamin perkembangan populasi Lycosa sp di lapang. Lycosa dapat dinyatakan sebagai pemangsa efektif karena kemampuan berbiaknya tinggi.
5. Micraspis sp
Kumbang Micraspis sp. ini sangat berlimpah selama masa primordia dan wabah wereng batang coklat. Konsumsi tertinggi rata-rata/ hari pada waktu kumbang menjadi larva/ instar empat. Namun, karena umur micraspis panjang, sehingga konsumsi tertinggi pada tahap dewasa.
Micraspis sp memakan wereng batang coklat pada tanaman padi dan serangga kecil lainnya . Kumbang yang melimpah di sawah akan mernbantu menekan populasi beberapa hama serangga. Tetapi karena Micraspis sp memakan serbuk sari tanaman padi, banyak petani menganggap mereka hama dan sering disemprot insektisida.
Sumber : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah
Artikel terkait :
Tanaman Padi Terserang Wereng Batang Coklat ? Begini Cara Pengendaliannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar