Penggunaan pestisida akan semakin
meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan produk perkebunan. Untuk
menghasilkan produk perkebunan yang mencukupi maka setiap gangguan hama dan
penyakit (OPT) harus dilakukan secara bijaksana, apalagi pada era pertanian
yang sehat (back to nature) yang
lebih mementingkan produk berkualitas dan bebas dari cemaran, baik hayati
maupun kimia. Produk perkebunan yang sehat dan ramah lingkungan sudah merupakan
tuntunan pasar global (AFTA, APEC, dan WTO), dengan label ramah lingkungan (eco-labeling attributes), bernutrisi
tinggi (nutritional attributes), dan aman dikonsumsi (food safety attributes). Sumber utama cemaran pada produk
perkebunan adalah bahan pestisida sintetik / kimia.
Bahaya Pestisida
Kimia
Masalah besar yang
dihadapi petani dalam kegiatan produksi adalah hama penyakit tanaman (OPT).
Untuk menanggulangi serangan hama dan penyakit tanaman petani menggunakan
pestisida kimia. Pemakaian pestisida kimia berdampak hama menjadi kebal
(resisten) dan memicu timbulnya peledakan hama baru (resurjensi). Selain itu
musuh alami yang seharusnya berperan mengendalikan hama ikut terbunuh.
Penumpukan residu bahan kimia di dalam hasil panen sangat
berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan, hal ini disebabkan pestisida bersifat
polutan dan menyebarkan radikal bebas yang dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh seperti mutasi gen dan gangguan syaraf pusat. Disamping itu residu kimia
yang beracun tertinggal pada produk pertanian dapat memicu kerusakan sel,
penuaan dini dan munculnya penyakit degeneratif.
Karena bahaya yang
ditimbulkan, maka pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan tentang
perlindungan tanaman dengan menggalakkan program Pengendalian Hama Terpadu
(PHT). Kebijakan ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 6 tahun
1995 menyatakan bahwa pemanfaatan agens pengendali hayati atau biopestisida termasuk pestisida
nabati sebagai komponen utama dalam sistem PHT.
Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan
dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan yang sebenarnya ada di sekitar
kita. Penggunaan pestisida nabati selain dapat mengurangi pencemaran
lingkungan, harganya relatif murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia.
Pestisida
nabati ini bisa berfungsi sebagai penolak, penarik, antifertilitas (pemandul),
pembunuh, dan bentuk lainnya. Secara umum, pestisida nabati diartikan sebagai
suatu pestisida yang bahan dasarnya dari tumbuhan yang relatif mudah dibuat
dengan kemampuan dan pengetahuan terbatas.
Karena terbuat dari bahan alami atau
nabati, maka jenis pestisida ini bersifat mudah terurai (bio-degradable) di alam, sehingga tak mencemari lingkungan dan
relatif aman bagi manusia dan ternak peliharaan, karena residu (sisa-sisa zat)
mudah hilang.Indonesia ada banyak jenis tumbuhan penghasil pestisida nabati.
Bahan dasar pestisida alami ini bisa ditemui di beberapa jenis tanaman, dimana
zat yang terkandung di masing-masing tanaman memiliki fungsi berbeda ketika
berperan sebagai pestisida.
Serangan
Penggerek Buah pada Tanaman Kakao (PBK)
Kakao (Theobroma cacao) merupakan tumbuhan berwujud pohon yang berasal
dariAmerika Selatan. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang
dikenal sebagai cokelat Namun keberadaan hama Penggerek buah (Conophomorpa cramerella) pada tanaman kakao ternyata sangat merugikan petani. Di
beberapa daerah sentra tanaman kakao, biji yangdihasilkan rusak karena serangan
PBK dapat mencapai 80%. Artinya dari1 kg hasil panen hanya 2 ons kakao yang
bisa diambil hasilnya. Bisa kita bayangkan bila produksi kita sekitar 100 ton,
tentu saja yang bisa kita dapatkan hanya 20 ton saja.
Buah kakao yang mendapatkan serangan
PBK terus dapat berkembang seolah-olah tidak terjadi serangan, sehingga buah
yang terserang seperti tidak ada perbedaan dengan buah kakao yang sehat. Gejala
baru tampak dari luar setelah matang di musim panen, buah kakao yang terserang
berwarna agak jingga atau pucat keputihan, buah menjadi lebih berat dan bila
diguncang tidak terdengar suara ketukan antara biji dengan dinding buah. Hal
itu tejadi karena timbulnya lendir dan kotoran pada daging buah dan rusaknya
biji-biji di dalam buah.
Atasi Penggerek Buah Kakao dengan Umbi
Gadung
Umbi gadung (Dioscorea
hispida Dennst) bukan hanya
berfungsi sebagai makanan akan tetapi juga mulai dimanfaatkan sebagai insektisida
nabati. Menurut para peneliti umbi gadung ternyata mengandung dioskorin salah satu alkaloid yang
bersifat racun bagi serangga, ulat, cacing (nematoda) bahkan juga tikus.
Cara pembuatan pestisida nabati umbi gadung cukup sederhana :
1.
Parut 100 gram umbi gadung yang sudah dikupas
2. Rendam dalam 1 liter air selama 2 hari.
3.
Saring dan diencerkan menjadi 10 liter air ekstrak gadung.
4. Tambahkan sepucuk sendok sabun colek sebagai perata dan siap diaplikasikan
Cara Aplikasi
Cara aplikasi di lapangan dengan menyemprotkan pada seluruh kanopi tanaman terutama pada daun/pucuk secara merata. Aplikasi dilaksanakan pagi hari sebelum matahari terbit untuk hasil lebih bagus. Aplikasi diulangi seminggu sekali sebanyak 3 kali.
Pestisida dari umbi gadung terbukti efektif untuk menurunkan serangan PBK. Dari kegiatan
pengendalian
penggerek buah pada tanaman kakao yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan dan
Perkebunan DIY tahun 2014 di Ngentak, Pagerharjo, Samigaluh, Kulonprogo
didapatkan hasil serangan PBK mengalami penurunan sebesar 30 %.
Kegiatan
Pengendalian dengan pestisida gadung ini masih terus dilanjutkan untuk
mengatasi serangan OPT (Organisme Pengganggu Tumbuhan) pada tanaman lain. Pada
bulan Maret tahun 2016 ini kegiatan pengendalian dengan umbi gadung difokuskan
untuk mengatasi Helopeltis sp (kepik
penghisap buah ) pada tanaman jambu mete di Mojolegi, Karangtengah, Imogiri,
Bantul.
Dengan
penggunaan pestisida nabati ini biaya penanggulangan hama yang selama ini
menjadi salah satu pengeluaran yang memberatkan petani dapat dikurangi, resiko
kegagalan produksi dapat ditekan, petani tidak lagi bergantung pada pestisida sintetik
dan dampak buruk terhadap lingkungan juga dapat dicegah.
Balai
Sertifikasi Pengamatan Mutu Benih dan Proteksi tanaman Kehutanan dan Perkebunan
(BSPMBPTKP) Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY bertekad untuk mewujudkan
Misinya yaitu Meningkatkan pelayanan
perlindungan tanaman dengan memanfaatkan sumberdaya alam hayati untuk
mempertahankan kelestarian ekosistem dan mendorong tumbuh kembangnya partisipasi masyarakat dalam
perlindungan tanaman yang terpadu dan berkelanjutan