Selasa, 02 Agustus 2022

Tanaman Padi Terserang Wereng Batang Coklat ? Begini Cara Pengendaliannya

 Wereng batang coklat (Nilaparvata  lugens  Stal)merupakan hama yang menyerang pertanaman padi dengan cara menghisap cairan tanaman sehingga tanaman menjadi kering seperti terbakar dan biasa disebut hopperburn. Wereng batang coklat dapat berkembang biak dengan cepat dan cepat menemukan habitatnya serta mudah beradaptasi.

Wereng batang coklat

Karakteristik WBC

WBC berukuran kecil, nimfa yang baru menetas berukuran < 1 mm dan dewasa ± 3 mm. Hidup dan menghisap cairan tanaman di bagian pangkal batang/pelepah tanaman. Apabila populasi tinggi WBC sampai di daun terutama dewasa bersayap panjang.  Nimfa kecil berwarna putih dan semakin tua berubah menjadi kekuning-kuningan, coklat muda akhirnya menjadi coklat/coklat tua.

WBC mampu beradaptasi terhadap pergantian varietas tahan, dengan membentuk biotipe ataupun koloni baru yang lebih ganas. WBC dewasa mempunyai dua bentuk sayap, yaitu dewasa sayap panjang (makroptera), dan dewasa sayap pendek (brakhiptera).

Bentuk makroptera merupakan indikator populasi pendatang dan emigrasi, sedangkan brakhiptera merupakan populasi penetap yang biasanya menghasilkan keturunan yang menyebabkan kerusakan tanaman.

Populasi WBC dapat meningkat lebih tinggi dengan aplikasi insektisida yang tidak bijaksana (tidak memenuhi kaidah 6 tepat) karena dapat mengakibatkan resistensi (hama menjadi kebal) dan resurjensi (populasi menjadi berkembang lebih cepat terutama karena musuh alaminya musnah.

Bagaimana cara mengendalikannya ?

1. Lakukan gerakan tanam serempak.

Salah satu manfaat tanaman serempak adalah memutus rantai hidup serta makanan bagi hama penyakit tanaman. Umumnya apabila hama penyakit menyerang pertanaman, dia akan menularkan ke pertanaman lainnya karena masih tersedia inang di sekitar. Tetapi jika semua tanaman padi ditanam serempak dan dipanen bersamaan, maka tidak ada lagi inang dan makanan bagi hama penyakit untuk bertahan hidup karena setelah itu umumnya lahan akan diberakan (dibiarkan sementara waktu) atau berganti menjadi komoditas lain seperti palawija.

2. Melakukan sanitasi lingkungan dengan meniadakan singgang, ratun atau sisa tanaman dari musim sebelumnya.

3. Olah tanah dengan baik agar sisa jerami di sawah dapat mengalami pembusukan dengan sempurna.

4. Menggunakan VUB tahan WBC (inpari 13, 18, 19, 31 dan 33).

5. Persemaian dilakukan setelah kondisi lingkungan bersih dari sisa tanaman sebagai sumber inokulum.

6. Pasang lampu perangkap serangga di sekitar pertanaman untuk memonitoring keberadaan serangga hama.

7. Monitoring ketat dan intensif keberadaan hama mulai dari persemaian.

8. Rekayasa ekologi dengan penanaman tanaman refugia sebagai tempat berkembang biaknya musuh alami hama.

Refugia

Pengendalian  biologis dengan  memanfaatkan musuh alami merupakan salah satu langkah dalam pengelolaan agroekosistem. Pengendalian ini merupakan  alternatif pengendalian yang paling aman dan sangat direkomendasikan. Meskipun dampaknya dirasakan dalam jangka waktu yang lama, namun akan mampu menjaga keseimbangan ekosistem. Konservasi  musuh alami dan habitat pendukungnya berarti mencegah berkurangnya populasi dan potensi predator dan parasitoid, dengan cara mengembangbiakkan parasitoid dan predator secara alami serta meningkatkan  perannya dalam mengendalikan hama.

9. Lakukan monitoring secara intensif minimal 1 minggu sekali untuk mengetahui populasi serangga hama.

10. Dilakukan penyemprotan jamur entomopatogen seperti Metarhizium atau Beauveria untuk mencegah terjadinya lonjakan populasi serangga hama.

11. Tindakan pengendalian ditentukan berdasarkan ambang batas per tanaman (vegetatif 3-5 ekor WBC/rumpun padi, generatif 8-10 ekor WBC/ rumpun padi).

12. Alternatif terakhir jika terjadi ledakan hama WBC adalah penggunaan insektisida berbahan aktif Pymentrozine dan Dinetofuran dengan dosis 350 - 500 liter/ ha.

Insektisida masih banyak digunakan untuk pengendalian WBC maupun hama padi lainnya. Sudah sangat dipahami bahwa penggunaan insektisida yang tidak tepat menyebabkan berbagai dampak yang tidak diinginkan, diantaranya resistensi dan resurjensi. Hasil penelitian sudah banyak yang mendokumentasikan kemampuan populasi WBC untuk menjadi tahan terhadap berbagai jenis insektisida. Insektisida sama yang dipakai secara terus menerus akan menyebabkan munculnya populasi yang resisten (tahan) terhadap insektisida dalam waktu yang relatif  singkat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar